”Kita adalah warga dunia yang diciptakan Allah sama baiknya dengan bangsa-bangsa mana pun; oleh karena itu mari kita pastikan dapat berkompetisi ”
Didasari dengan semangat itu, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Pasal 50 ayat 3 menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Hal ini tidak lain agar bangsa ini mampu berkolaborasi dan berkompetisi dengan warga dunia dari belahan negara yang berbeda dalam naungan satu dunia. Kita hanya memiliki bumi dan berada dalam alam raya yang sama.
Kita, bangsa Indonesia, adalah bagian dari masyarakat dunia sehingga pendidikan Indonesia merupakan bagian dari sistem pendidikan internasional. Amanat itu mengandung makna penting mensejajarkan mutu lulusan dengan lulusan sekolah di mana pun, namun bukan berarti harus menjadi internasionalisasi pendidikan Indonesia. Mensejajarkan mutu lulusan justru harus menguatkan berkepribadian Indonesia, menguatkan daya adaptasi dan kompetisi bangsa pada forum dunia.
Departemen Pendidikan Nasional (2007) mendefinisikan sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan serta mengacu pada standar pendidikan salah satu negara-negara Organization for Economic Co-opration and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan. Orientasi itu didasari dengan argumen OECD telah meraih kemajuan dalam bidang ekonomi dengan dukungan sumber daya manusia yang bermutu. Dari prespektif pendidikan, kemajuan ekonomi dan kesejahteraan suatu kelompok masyarakat pasti didukung dengan mutu pendidikan yang baik.
Esensi mutu bertaraf internasional yang Depdiknas rumuskan adalah terpenuhinya 3 indikator utama yaitu (1) pemenuhan 8 standar menurut PP 19 tahun 2005 (2) Peningkatan keunggulan bertaraf internasional melalui cara adaptasi dan adopsi. (3) Peningkatan daya saing internasional yang bermakna bahwa lulusan dapat melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan bertaraf internasional; dapat mengikuti sertifikasi internasional; meraih medali tingkat internasional, serta dapat bekerja pada lembaga internasional.
Dari sisi persepsi sekolah bertaraf internasional berciri khusus sekolah yang mampu menggunakan pengantar bahasa Inggris yang warga sekolahnya menggunakan referensi belajar berbahasa Inggris dan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dan pengelolaan manajemen sekolah. Persepsi ini terlalu sempit karena proses pembaharuan memerlukan lebih banyak strategi. Bahkan jika hanya dengan menggunakan pendekatan penggunaan bahasa Inggris dan TIK bukan tidak mungkin yang diperleh adalah kekecewaan karena harapan yang didambakan tidak kunjung tercapai.
Sistem pembaharuan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di sekolah dalam rangka mengembangkan potensi diri siswa secara optimal dalam beradaptasi dengan kehidupan dalam konteks global terkait erat pada perubahan kultur masyarakat. Tantangan besarnya adalah sekolah membangun kebiasaan dan keyakinan baru yang berbeda dengan konteks masyarakat yang memiliki motif berprestasi dengan orientasi nasional ke internasional. Di sini sekolah harus menanamkan bibit perubahan pada siswa. Strategi pembaharuan perlu dipilih dengan cergas agar keyakinan yang baru yang berbeda itu mendapat dukungan masyarakat. Strategi diperlukan juga dalam melakukan pembaharuan untuk membangun prilaku baru, keyakinan baru pada guru, siswa, tenaga administrasi terikat pada keragaman latar belakang sosialnya serta kecenderungan untuk mempertahankan kenyamanan dalam kebiasaan lama. Dari sisi ini sekolah berfungsi sebagai agen perubahan.
Pemikiran itu didasari dengan pernyataan bahwa kehidupan masyakat dibangun oleh keragaman kelompok orang-orang yang memiliki kebiasaan dan keyakinan anggotanya. Komunitas yang mengikatkan diri pada kelompoknya, tidak sekedar himpunan dari sejumlah orang. Himpunan orang- orang mengembangkan kebiasaan dan keyakinan tertentu, maka inilah yang disebut dengan proses atau pengembangan kultur (Havighurst&Heugarten; 1966:9).
Sekolah dipengaruh pula oleh masyarakatnya. Perbedaan prestasi antar sekolah dipengaruhi kelompok masyarakat mana yang menyekolahkan anaknya. Hal itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, namun dipengaruhi oleh nilai yang diyakininya. Contoh yang tepat adalah perbedaan antara negara-negara komunis dengan demokrasi barat dalam mengatur cara terbaik untuk masyarakatnya. Komunis menitikberatkan kekuasaan otoriter terpusat di bawah kekuasan minoritas, sedangkan demokrasi barat menganjurkan peran serta seluruh golongan masyarakat bebas dalam membangun diri mereka sendiri (David C. McClelland 1961:9). Pandangan Max Weber tentang kelas sosial yang menentukan hubungan dengan pasar pada bidang ekonomi telah mendasari rumusan McClalland yang menyatakan bahwa yang menentukan kemajuan suatu kelompok masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya investasi, tabungan, maupun perluasan usaha, namun dipengaruhi pula oleh faktor-faktor psikologisnya.
Faktor psikologis itu ada pada motif berprestasi pada tiap individu yang memeliki nAch (motif berprestasi) tinggi bila dihadapkan pada tugas-tugas kompleks cenderung melakukannya dengan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu tumbuh asumsi bahwa orang-orang unggul dalam arti memiliki motif berprestasi baik akan selalu mengerjakan tugas-tugasnya lebih baik dalam keadaan apa pun. Hal tersebut diperoleh dari penelitian dengan menganalisis pengaruh motif berprestasi cerita rakyat terhadap kehidupan ekonomi. Catatan dari penelitian ini menyatakan bahwa bacaan anak-anak di negara-negara berkembang memiliki nAch yang tinggi, namun tidak cukup berpengaruh pada kondisi ekonominya.
Hasil studi itu menegaskan pentingnya sekolah mengembangkan kebiasaan, keyakinan, dan motif berprestasi melalui prilaku yang tidak terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari di sekolah. Ini bukan hal baru, namun karena dipandang sepele sepertinya mengembangkan mutu pada prilaku yang biasa bahkan bukan menjadi bagian dari mutu bertaraf internasional. Bahkan sekolah sering tidak konsisten dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, selalu memilih strategi yang terbarukan agar konsistensi meningkatkan berbagai hal untuk medukung proses pembaharuan dapat terwujud dari kebiasaan sehari-hari sangat penting.
Untuk mewujudkan pengembangan sekolah berstandar internasional sekolah perlu mengawalinya dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, namun dengan tujuan dan standar yang jelas. Di bwah ini diuraikan model pengembangaan pembiasaan dengan basis prestasi.
- Tujuan : Tumbuhnya keunggulan fisik yang sehat, aktif, bugar, kompak dan cerdas (physical intelligence) dengan dukung lingkungan yang sehat.
Standar fisik siswa:
a. Penampilan siswa rapih
b. Pakaian bersih
c. Bugar
d. Aktif
e. Pakaian layak untuk digunakan kegiatan ibadah di sekolah
Standar lingkungan sekolah :
a. Kebersihan lingkungan sekolah terpelihara;
b. Lingkungan sekolah bebas rokok dan asap rokok.
c. Menyediakan air yang sehat;
d. Menyediakan Cukup oksigen
e. Dukungan gizi sesuai standar kesehatan
f. Menyediakan ruang iteraksi sosial di sekolah
g. Menyediakan ruang pengembangan potensi akademik dan kebakatan di luar jam tatap muka.
h. Sekolah sebagai tempat pameran karya terbaik siswa.
i. Sekolah menjadi ajang kompetisi dan kolaborasi siswa.
j. Sekolah mendukung kreativitas dan sumber inspirasi gagasan baru.
Standar Pendukung;
a. Memiliki aturan tata tertib siswa dan seluruh anggota warga sekolah dalam berpakaian.
b. Memiliki aturan yang jelas tentang pengaturan kebersihan dan keindahan lingkatan sekolah.
c. Memiliki atau menggunakan ruang terbuka untuk meningkatkan kebugaran fisik.
d. Menyediakan ruang terbuka untuk interaksi sosial siswa.
e. Memiliki media komunikasi untuk siswa dan warga sekolah.
f. Memiliki ruang dan media pendukung peningkatan kompetensi akademik guru dan siswa
g. Mengembangkan sekolah sebagai media pamar karya inovatif siswa.
h. Berkolaborasi dan berkompetisi untuk meningkatkan daya saing siswa.
i. Mengintegrasikan kantin yang sehat sebagai bagian dari peningkatan standar gizi siswa.
j. Memelihara ketersiaan air di sekolah yang cukup;
k. Memelihara kelayakan oksigen di sekolah melalui perindangan pohon.
Target Prestasi;
a. Guru menjadi contoh dalam menerapkan disiplin berpakaian;
b. Guru menjadi contoh tidak merokok;
c. Sekolah mendapat penghargaan dalam keindahan dan etika berpakaian;
d. Sekolah menjadi juara bidang atletik dan bidang olah raga lainnya.
e. Sekolah mendapat kejuaraan dalam pengelolaan lingkungan.
f. Sekolah memiliki prestasi dalam pengelolaan sampah.
g. Sekolah mendapat penghargaan pada usaha pemeliharaan kesehatan.
h. Sekolah mendapat penghargaan dalam meningkatkan keindahan.
i. Aktivitas belajar siswa meningkat
j. Aktivitas menjadikan sekolah sebagai pusat kerja sama meningkat.
- Tujuan : Tumbuhnya disiplin seluruh anggota komunitas warga sekolah untuk mewujudkan tujuan terbaik;
Standar
a. Pelaksanaan tugas tepat waktu
b. Pelaksanaan ibadah di awal waktu
c. Pelanggar aturan menurun.
d. Berdisiplin mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan.
e. Menggunakan target yang telah disepakati sebagai acuan kinerja.
f. Melaksanakan tugas sesuai dengan rencana.
g. Mencatat pelaksanaan tugas sesuai dengan standar.
h. Melaporkan pelaksanaan tugas tepat waktu;
i. Menyatakan keyakinan tujuan terbaik dapat diwujudkan
Standar Pendukung
a. Memiliki data produktivitas disiplin yang telah diwujudkan;
b. Menegakan sistem pengawasan aturan.
c. Berdisiplin dalam mentukan tujuan yang jelas
d. Berdisiplin memiliki target prestasi yang terukur.
e. Berdisiplin mengikuti standar prosedur pelaksanaan kegiatan;
f. Berdisiplin mencatat pelaksanaan kegiatan;
g. Berdisiplin mencatat prestasi yang dicapai;
h. Berdisiplin dalam menghargai prestasi;
i. Berdisiplin meberikan sanksi terhadap pelanggaran;
Target Prestasi
a. Meningkat kebebasan berkreasi dan berprestasi pada pencapaian mutu ;
b. Rendahnya data pelanggaran disiplin;
c. Meningkatnya perolehan prestasi pada kompetisi antar sekolah;
d. Meningkatnya mutu calon siswa dari tahun ke tahun.
- Tujuan : Meningkatnya prestasi melalui interaksi sosial dan intelektual dalam kerja untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu dalam kolaborasi kelompok.
Standar
a. Warga sekolah memahami lingkungan sehingga meningkatkan semangat berkompetisi.
b. Warga sekolah berkolaborasi meningkatkan daya kompetisi individu dan kelompok untuk memenangkan persaingan.
c. Warga sekolah memiliki rasa percaya diri sehingga tak gentar berkompetisi.
d. Warga sekolah memiliki pemahaman bahwa manusia belahan bumi mana pun diciptakan Tuhan sama baiknya
e. Warga sekolah meningkatkan daya persaingan dalam harmoni keeratan kerja sama.
f. Warga sekolah menjadi penyampai informasi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif kepada mitra kerja lokal, nasional, dan internasional.
g. Warga sekolah belajar dari pengalaman berharga orang lain atau sekolah lain dalam meraih keberhasilan.
Standar Pendukung
a. Pertemuan berkala pada tiap gugus kompetisi;
b. Mengembangkan organisasi antar tingkat pada satu sekolah
c. Menggunakan data sukses sebagai energi peningkatan kepercayaan diri.
d. Meningkatkan kompetisi melalui kerja sama antar sekolah.
e. Meningkatkan kerja sama sister school;
f. Program pertukaran guru
g. Program pertukaran siswa.
Target Prestasi
a. Prestasi setara dengan mitra kerja;
b. Interaksi dalam kompetisi meningkat.
c. Kinerja sister school meningkat.
d. Pertukaran guru berdampak pada kinerja belajar siswa;
e. Pertukuran siswa berdampak pada kinerja kolaborasi dan kompetisi siswa.
- Tujuan : Menguatnya kebiasaan membaca, menulis; serta mengembangkan karya ilmiah.
Standar :
a. Meningkat jumlah buku yang guru baca;
b. Meningkat jumlah karangan yang guru tulis;
c. Meningkat jumlah karangan yang siswa baca;
d. Meningkat jumlah karangan yang siswa tulis;
e. Meningkat prekuensi media penerbitan siswa;
f. Meningkat daya tulis siswa dalam kolaborasi kelompok;
g. Meningkat penggunaan sumber bacaan guru berbahasa Inggris.
h. Meningkat penggunaan sumber belajar siswa berbahasa Inggris.
i. Meningkat penggunaan komputer oleh guru untuk mendukung pembelajaran
j. Meningkat penggunaan internet oleh guru sebagai sumber belajar;
k. Meningkat penggunaan internet sebagai media interaksi guru siswa.
l. Meningkat jumlah karya ilmiah karya guru;
m. Meningkat jumlah karya ilmiah karya siswa;
n. Meningkat jumlah karya inovatif guru;
o. Meningkat jumlah karya inovatif siswa.
p. Meningkat jumlah penghargaan terhadap karya inovatif guru;
q. Meningkat jumlah penghargaan terhadap karya inovatif siswa.
r. Meningkat jumlah kegiatan kolaborasi dalam meraih prestasi;
Standar Pendukung
a. Tersedia buku bacaan guru
b. Tersedia buku bacaan siswa
c. Tersedia jaringan internet;
d. Tersedia akses internet
e. Tersedia media penerbitan
f. Tersedia forum kajian buku
g. Tersedia forum kajian karya ilmiah
h. Terdapat peraturan pemberian penghargaan atas prestasi guru;
i. Terdapat peraturan pemberian penghargaan atas prestasi siswa.
j. Terdapat media kompetisi antar guru di sekolah;
k. Terdapat media kompetisi antar siswa di sekolah;
Target Prestasi
a. Jumlah siswa peraih penghargaan atas prestasi secara individu meningkat;
b. Jumlah siswa peraih penghargaan atas prestasi tim meningkat.
c. Jumlah karya siswa yang mendapat penghargaan meningkat;
d. Jumlah karya guru yang mendapat penghargaan meningkat;
e. Jumlah kegiatan kompetisi antar guru meningkat;
f. Jumlah kegiatan kompetisi antar siswa meningkat;
g. Jumlah kegiatan kompetisi kolaborasi guru dan siswa meningkat.
h. Jumlah siswa yang menang dalam kompetisi di luar sekolah meningkat.
i. Jumlah guru yang mendapat penghargaan dari luar sekolah meningkat.
Akhirnya dapat dinyatakan pengembangan sekolah bertaraf internasional perlu diawali dengan membangun prasyarat yaitu kesiapan psikologis dan motif berprestasi dari seluruh anggota komunitas sekolah. Yakinlah bahwa bangsa Indonesia diciptakan Tuhan sama baiknya dengan bangsa mana pun. Ada pun Indonesia sekarang berbeda, tidak lain karena motif kita untuk mengubah nasib bangsa kalah kuat oleh sebagiann bangsa lain dan kalah kuat dalam upaya menuntut ilmu. Oleh karena itu mari kita sejajarkan usaha itu melalui kegiatan belajar tanpa henti.
Kepustakaan
David C. McClelland, 1961. The Achieving Society, Litton Educational Publishing, Inc.
Kenneth A. Frank, 1998. Quantitative Methods for Studying Social Context in Multilevels and through Interpersonal Relations for Review of Research in Education, Michigan State University (http://www.msu.edu/~kenfrank/papers/ Quantitative%20Methods%20for%20StudyingRelations.pdf)
Robert J. Havghurst & Bernice L. Neugarten, Society and Education, Allyn and Bacon. Inc. Boston.
Tinggalkan komentar